06 Juli 2009

Menunggu (re-post)

Jenuh kuhitung ulang waktuku, dari detik ke menit, menit ke jam, jam ke hari dan terus berulang hingga ke tahun, membuatku semakin penat merangkai jejaring ingat.

Akupun lelah menulis kisah, pada dinding kusam di dasar hatiku yang paling dalam, yang takkan terbaca oleh mulut-mulut yang penuh keluh dan tak terlihat oleh mata-mata yang penuh tanya.

Dan kau, masih saja tak perduli denganku. Kau seakan sengaja mengulur-ulur waktu untuk datang padaku. Menikmati setiap detik keresahanku. Bahkan kau enggan memberikan tanganmu untuk kugenggam meski dalam pejam.

Sementara aku mulai tak berdaya, menahan jiwaku yang semakin merindu dan ragaku yang kian melemah, lelah meredam amarah dan menahan kalut yang begitu akut.

Akankah kau datang padaku untuk sekedar ucapkan salam selamat datang atau hanya menatap hampa mataku tanpa bicara? (lalu kau akan merengkuhku dan mengajakku serta)

Entahlah, yang jelas aku masih di sini tanpa ragu, setia menunggu datangmu...

Mungkin kau akan menjelma menjadi Izrail yang datang menjemputku dan menuntunku ke arah cahaya nun jauh di ujung sana.
(atau barangkali kau menyaru menjadi sosok tampan yang tersenyum manis dengan bibirmu yang tipis, menyamarkan taringmu yang menyembul malu-malu dan tatkala kau terlupa kau pun tertawa hingga tanduk merahmu akan menyala, lalu kau akan mencengkeramku dan menyeretku menyusuri lorong gelap nan senyap dan tak berkesudahan)

Aku tak mengerti berapa lama aku harus menanti hingga tiba waktuku berhenti menepi dan menemukan jalanku kembali.
Bersamamu menuju yang abadi

: mati


(2008)
pernah di posting di situs kemudian.com

0 komentar:

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP