Me(gawat)i - serupa dialog
+ Adalah bulan yang paling menawan, bersinar dikegelapan. Cahayanya terang hingga pagi menjelang.
- Dan adalah matahari yang selalu memberi, dia terus berbagi hangat tanpa istirahat.
+ Tapi meski bulan tak hangat digelap pekat, sinarnya menerangi malam yang hitam kelam.
- Tapi terangnya itu pantulan sinar matahari, bulan takkan bercahaya bila matahari tak ada.
sejenak hening, terdengar desau angin kering dan anjing yang sesekali mendengking
+ Kau ingat saat bulan Maria, ketika kita mengikrar setia, kau bilang aku yang pertama
- Tentu saja aku tidak lupa, janji setia untuk bersama, tapi pertama tidak harus utama
+ Dan kau bilang aku paling cantik
- Tapi cantik belum tentu menarik
+ Tapi kau kan milikku
- Dan bukan berarti bisa kau rayu
+ Ahh, susah sekali bicara denganmu
- Karena kau tak gunakan logikamu
Wajahmu cemberut, sementara malam terus merayap menuju larut
+ Gawat! Ucapmu tersekat
- Apanya? Tanyaku bingung melihatmu tiba-tiba menutup hidung
+ Bau sekali gubuk kita ini padahal sudah kusemprot pengharum paling wangi
- Kau ini lupa apa tidak mengerti? Bukannya kita sudah lama tinggal di sini, kenapa baru sekarang kau menyadari?
Kau terdiam. Tatapan tajam matamu menyirat dendam.
Sementara di luar sana kecoa masih saja berkerumun, mengerubuti sampah yang semakin menimbun.
(2009)
2 komentar:
mengingatkan saya pada sesosok mantan presiden yang dengan tidak tau dirinya ngotot pen jadi presiden padahal pemerintahannya sebelumnya pun gagal...
bagaimana lah mungkin dia itu berpidato serasa curhat, hahaha...
ety oh ety, ini blog rapi ahmat sih? niat yah kamu. bageuuus...
@ Tante Puty : hahaha... cocok banget ini. tau ga dr semua komentar note di fesbuk, semua pada ga mudeng sama tulisanku ini :(
Jujur, cuma tante puty ini yg spontan bisa menangkap maksudku. hidup tante put ho.ho.ho.
emang bener2 ga tau diri ya dia. huffff...
*terlalu rapi ya?? b'arti belom kambuh niy sakit malasku hahaha
Posting Komentar