16 Desember 2009

Ia ingin menikah di bulan Dzulhijjah

/1/
Ia ingin menikah di bulan Dzulhijjah
Bulan penuh pengorbanan katanya
Seperti hewan-hewan kurban yang bersedia
kehilangan nyawanya, menjalani takdirnya
Begitu pula dengan cinta, yang harus rela
dikorbankan agar keyakinan tetap terjaga
seutuhnya


/2/
Ia ingin menikah di bulan Dzulhijjah
Dibayangkannya ia duduk di pelaminan
Bersanding dengan perempuan pilihan
Jelmaan dari tulang rusuknya yang sekian
lama hilang


/3/
Ia ingin menikah di bulan Dzulhijjah
Tapi bukan sekarang katanya
Mungkin tahun depan
atau entah kapan


(2009)

15 Desember 2009

[Sonnet] Siang Bersamamu

Siang berapi ketika aku tiba di rumahmu
yang sunyi. Kau masih seperti dulu menyambutku mesra
dengan senyuman dan tatap matamu yang sendu.
Lalu kita berdua duduk bercengkrama di beranda.

Angin yang hangat menampar
tak menyurutkan jemarimu menari diantara
senar gitar yang tak henti bergetar.
Sementara kata-kata terus berhamburan dari mulut kita.

"Lihat," katamu. Kuikuti arah tanganmu yang menunjuk
ke rumpun perdu. Kulihat sepasang burung gereja
terbang rendah, sesekali menyentuh tanah. Meliuk-liuk
seakan tak perduli dengan panas yang mendera

Diam-diam di langit biru
ada yang terus membakar cemburu


(2009)

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP