26 Oktober 2009

Dual Version : Renjana & Dahaga [Sonnet]

Renjana (17+)

Senja siapsiap beranjak pulang ketika pintuku diketuk seseorang, kemudian kubuka perlahan, sesosok tubuh berdiri kukuh, tertegun menatap pintuku yang anggun. Tangan kanannya menggenggam seikat mimpi sementara tangan kirinya terkepal seperti ada benda kecil sembunyi dibalik jemari. “ijinkan aku masuk dan mengembangkan layarku, biar kuarungi sepimu.” pintanya

Aku terdiam. Coba mencerna setiap kata dan menggali arti yang tersembunyi. Mencari makna di kedalaman matanya. Tak kutemukan ragu di situ. “tapi aku mau bingar, mampukah kau membuatku ingar?” tanyaku

Lalu tangan kanannya diulurkannya padaku. Mulutnya mengulum senyum “aku membawakanmu seikat mimpi, dan kita bisa bersamasama merajutnya dalam sepi”. Kemudian kepal tangan kirinya terbuka perlahan, “aku juga akan memberimu sebutir berahi, benda kecil ini bisa membuatmu terbakar, hingga sepimu akan berubah bingar,” ucapnya seraya tertawa

Akhirnya kupersilahkan dia masuk. Awalnya kami saling mengurai sepi lalu menyulam rindu kemudian berdansa seirama denyut jantung yang semakin riang. Hingga akhirnya kakikaki saling mengunci dan sibuk menguliti, lalu tibatiba tangannya menjelma sepasang ular, membelit tubuhku yang menari liar dan mulutnya berubah menjadi lebah yang menyengatku dari segala arah.

Aku melihat bara di matanya semakin besar, lalu membakar tubuhnya dan menjalar ke tubuhku, menghanguskan segala rasa hingga banjir peluhpun tak mampu memadamkan nyalanya. “aku dahaga,” rintihku. Lalu tanpa suara, dia bimbing aku ke arah alirnya.

dalam senyap aku menyesap. menikmati setiap tetes madu lingganya.

: harta karunnya


Jkt, 19th Dec ‘08
Lunch break, 12.15

------------------------------------------

Sonnet : Dahaga

Malam semakin larut, ketika dia datang menembus kabut.
Lelaki dengan bekas luka di dagu, membentuk garis biru ungu,
sementara tangannya menggenggam rindu yang akut bagai maut.
Ijinkan kukembangkan layarku, biar kuarungi sepimu.

Aku terdiam, kutatap matanya yang kelam dalam-dalam.
Sedetik kemudian kami saling melepas rindu dan mengurai sepi,
lalu menari seirama degup jantung yang berdentam bagai meriam.
Hingga akhirnya kakikaki saling mengunci dan sibuk menguliti.

Tiba-tiba tangannya menjelma sepasang ular, membelit tubuhku yang menari liar
lalu mulutnya berubah menjadi lebah dan menyengatku dari segala arah.
Kulihat matanya berkobar, menjalar ke arahku dan terus membakar,
hingga banjir peluhpun tak mampu padamkan gairah.

Aku dahaga. Tanpa suara, dia bimbing aku ke arah alirnya.
Dalam senyap aku menyesap. menikmati setiap tetes madu lingganya.


191208 – re-edit 241009

Sonnetnya judulnya berubah dari judul aslinya Renjana (rasa hati yang kuat akan rindu, cinta kasih, birahi) menjadi Dahaga, agar lebih pas (menurutku). Isinya juga ada beberapa yang dihilangkan dan mengalami penyesuaian.

Terinspirasi dari kalimat “kutelan dia sambil memaku tubuhku.” Vagistin by Oka Rusmini

0 komentar:

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP