tUmbUh bersAmA mAhAbhArAtA, umAr kAyAm & kArl mAy
Day 04 – Your favourite book
Agak susah juga menentukan buku yang paling disukai. Tapi setelah melalui proses seleksi, akhirnya saya bisa menentukan ada 3 (tiga) yang menjadi pilihan saya, yaitu cerita wayang Mahabharata dan buku-buku karya Umar Kayam & Karl May. Kesemuanya tidak ada peringkat, jadi prosentasenya sama rata.
Bisa dibilang masa kecil saya tumbuh bersama mereka bertiga, karena dari sejak saya bisa membaca jaman SD dulu, saya juga membaca ketiganya.
Mahabharata
Dulu hampir setiap malam, embah putri selalu mendongeng wayang untuk saya. Dan cerita favoritnya adalah tentang kakak beradik Bambang Sumantri & Sukrosono dan para Pandawa. Kemudian ketika saya mulai bisa membaca, saya pun membaca cerita Mahabharata ini di majalah bahasa jawa terbitan Surabaya, Penjebar Semangat.
Setelah saya tumbuh dewasa, sudut pandang saya berubah seiring pemikiran saya. Seperti halnya cerita Ramayana, dimana saya lebih respect pada Rahwana daripada Rama, maka di sini saya lebih suka sosok Aradea (Adipati Karna), putra pertama Dewi Kunti dengan Bathara Surya dibandingkan para Pandawa (kalau dulu mungkin karena terpengaruh cerita embah putri saya). Aradea adalah ksatria abu-abu. Dalam dirinya mengalir darah Pandawa, tapi dia berada di pihak Kurawa, karena dia berpegang pada prinsipnya, pada kebenaran yang diyakininya.
Dari sosok Aradea inilah, saya sempat berhasil membuat beberapa puisi tentangnya. Dan buku terakhir yang saya baca adalah Mahabharata versi India karangan Raja Gopalacari.
Umar Kayam
Sama seperti Mahabharata, pertama mengenal tulisan Umar Kayam ini di majalah Penjebar Semangat ketika masih jaman SD. Waktu itu ada cerbung berjudul Sri Sumarah, yang menceritakan tentang konflik bathin seorang perempuan jawa. Sri Sumarah ini seorang tukang pijat di kampung yang sangat njawani yang beranjak tua.
Tapi baru beberapa tahun terakhir ini saya memburu & membaca kembali karya beliau ini, mulai dari cerpennya, novel Para Priyayi juga gleyengannya di tetralogi Mangan Ora Mangan Kumpul. Membaca Para Priyayi karya beliau ini membuat rindu saya terobati, seakan saya kembali ke masa kecil dulu, bercengkrama bersama embah putri & embah kakung saya. Nuansa Jawa di tulisan-tulisan beliau begitu kental. Dan satu lagi, saya jadi tahu dan belajar tentang dharma, dharma kita sebagai manusia.
Karl May
Angkat jempol buat Karl May. Dia telah membawa saya ikut berpetualang bersamanya ke benua Amerika, juga ke Kurdistan hingga ke pelosok-pelosok Balkan. Dari cerita petualangannya itu pula saya bertemu dan jatuh cinta dengan tokoh Winnetou, kepala suku Apache. Dari sinilah saya belajar tentang persahabatan. Bahwa persahabatan itu tidak memandang warna kulit, agama maupun ras, seperti halnya Charley (tokoh "aku" dalam setiap bukunya) dengan Winnetou.
Saking cintanya saya sama Winnetou, saya suka berkhayal menjadi squaw-nya hehe... Juga ikut berpetualang dengannya, berburu bison di lereng Rocky Mountain, mengisap pipa perdamaian, keluar masuk hutan menaiki Iltschi (nama kuda Winnetou). Dan payahnya lagi, sampai sekarang saya masih belum bisa menerima bahwa Winnetou telah mati. Ketika saya membaca Winnetou gugur, saya sampai menangis saking sedihnya.
0 komentar:
Posting Komentar