31 Agustus 2009

Karna Gugur

Padang Kuru hening, sejenak geming
hanya tangis Kunti begitu menyayat hati
Kurawa berkabung, Pandawa menunduk murung
bahkan Arjuna yang menyebabkannya tiada
tak mampu menyamarkan kedukaannya

Karna kekasihku, ksatria beranting mustika itu
-kini terbujur kaku
bertabur ribuan kembang aneka rupa dan wangi dupa
para pendeta mengucap mantra, berjalan lambat
mengelilingi api kremasi yang mengeluarkan asap hitam pekat
sementara tembang-tembang megatruh
mulai berkumandang bagai gemuruh

ada perih yang tertahan
saat jasadnya diperabukan


(2009)

[100 karakter] Pengorbanan cinta

“Aku mencintaimu Bam.”

“Bohong!”

“Sungguh!”

“Buktinya?”

“Aku menceraikan istriku untuk hidup bersamamu.”


(2009)

24 Agustus 2009

[Hikayat] Hidup

: semua temanku

Hidup itu berputar seperti roda.

Kita tidak sedang bersepeda sambil menikmati senja.
Kita juga tidak berputar seperti jarum jam, yang kembali ke asal menjadi awal.
Kita melangkah, mengikuti kemana kaki mengarah, mencari berkah.

Kalau begitu, hidup itu sebuah perjalanan.
Tapi kita tidak sedang pesiar ke Eropa seperti yang kita impikan.
Kita juga tidak sedang di jalan bercabang, yang membuat kita bimbang.
Kita mengalir, seperti air menghilir, mengikuti takdir.

Jadi hidup itu seperti sungai.
Kita sedang menyusurinya bukan?
Kita mengamati arusnya, yang terkadang beriak terkadang tenang,
ada yang dangkal ada pula yang dalam, adakalanya banjir adapula kerontang,
ada yang lurus ada yang berkelok-kelok.
Tapi semua sungai bermuara ke laut yang sama.
Bukankah di dunia ini hanya ada satu lautan –hanya namanya saja yang berbeda?

Ahh… aku tahu sekarang. Bukankah kita adalah sungai?
Kau benar kawan, kita mengalir dari mata air yang beda tapi bermuara sama.
Aliran sungai kita menuju laut yang sama, menuju-Nya.


(2009)

19 Agustus 2009

Balada Shinta

Baiklah Rama, kau tak perlu menunggu lama
Aku tahu kau akan tega melihatku binasa
Terbakar dalam kobaran api di bawah sana

Tapi ketahuilah, api penyucian itu takkan membuktikan apa-apa
Dengan atau tanpa melompat ke dalamnya, aku tetap istrimu yang setia
Menjaga kesucianku dari Dasamuka –si buruk rupa.
Tapi rupanya kau tak memahami
Kau tak mengerti bahwa setiap orang mempunyai riwayat sendiri
Kau menginginkan sejarah yang suci -menghapus sisi gelapku dengan api.

Bukankah aku tak pernah meragukanmu?
Kemana saja kau selama aku dibelenggu?


Rama kekasihku, jangan menunggu
Cepat lemparkan aku ke dalam api cemburumu!


(2009)

06 Agustus 2009

Sang Dwiwarna

Meski warnamu telah memudar
tapi kau akan terus berkibar

di sini

menunjuk dada sebelah kiri


(2009)

jelang tujuhbelasan, yang gregetnya kian hilang

Ilalang

Telah ku tempuh perjalanan jauh
Berbekal cinta yang kekal
Dan berjuta asa tersimpan di dada
Menujumu, tempatku janji bertemu

Telah kuresapi terik mentari dan tetesan hujan
Pun telah kudengarkan angin yang membisik pelan
Tapi tak jua kudengar kabarnya
Tak jua kutemukan dirinya

Pada awan mana harus kutitip resah
Pada angin mana harus kutitip gelisah
Sedang elang yang melintas, hanya mengisyaratkan cemas

O, padang Ilalang…
dimana kau sembunyikan kekasihku yang kurindu
Tak tahukah kau, aku mulai gamang
berpijak diantara rumpunmu yang tak henti bergoyang?
Tak tahukah kau?
Tak tahukah??


(2009)

teruntuk kakakku -puji kismowati-, keresahanmu keresahanku juga. Sabar ya Sis. Tuhan pasti punya rencana lain yang baik untukmu. Love U.

03 Agustus 2009

Sayembara ; Drupadi

Saya adalah putri raja, karenanya
tidak mungkin menikah dengan pria berdarah sudra


Sebab aku hanya berkasta sudra
Dan putra seorang sais kereta
Maka aku tak pantas bersanding denganmu?
O, perempuan bermata sendu

Telah kuangkat gendewa pusaka
Dan akan kupasang anak panahnya
Tapi kau memaksaku mengurungkannya

Baiklah putri Pancali, aku pergi
akupun tak sudi menjadikanmu sebagai istri

Dan ksatria beranting mustika itu meninggalkan arena sayembara, kecewa.

***

“Ayo Dursasana, kau telah memenangkan permainan dadu, maka
kau bebas melakukan apa saja dengan hasil taruhanmu
bahkan bila kau ingin mengulitinya saat ini juga”,

Pangeran Astina itupun termakan bujukannya
Serta merta merenggut paksa kain yang dipakai Drupadi, istri para Pandawa
Sedang para suaminya tak mampu berbuat apa-apa.
Sementara suara tawa para kurawa menggelegar ke seluruh penjuru Astinapura

Diam-diam ada yang menyeringai puas
Karena sakit hatinya telah terbalas



(2009)

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP